Merokettinggi.com – Awal Mula Kenal Total War: Three Kingdoms
Jujur aja, pertama kali dengar Total War: Three Kingdoms itu dari temen nongkrong yang doyan banget strategi. Katanya, game ini bukan cuma sekadar perang-perangan biasa, tapi beneran bikin otak panas. Aku sempat ragu, takutnya cuma game sejarah ngebosenin kayak buku teks. Tapi ternyata beda. Gameplay-nya padat, grafis detail, dan strategi yang dipakai beneran bikin deg-degan. Apalagi latar belakang Dinasti Han, terus muncul tokoh-tokoh legendaris kayak Cao Cao, Liu Bei, sama Sun Jian.
Aku inget banget malam pertama main. Bingung campur panik. Mau nyerang musuh, eh pasukan malah kocar-kacir. Kayak lagi main catur tapi semua pion punya nyawa. Aku sempat pengen nyerah, tapi anehnya justru makin penasaran. Dari situ aku ngerti, Total War: Three Kingdoms itu game yang ngajak kita mikir jauh ke depan, bukan asal klik-klik.
Dan di tahun 2025 ini, masih banyak aja yang ngebahas. Dari review Steam sampai obrolan di TikTok gaming dan thread X (Twitter), selalu aja ada cerita baru soal strategi atau pengalaman unik pas main. Rasanya game ini punya umur panjang, nggak lekang meskipun udah dirilis beberapa tahun lalu.
Gameplay Total War: Three Kingdoms yang Bikin Ketagihan
Salah satu alasan game ini tetap populer adalah real-time battle. Beda banget sama game strategi lain, di sini setiap keputusan detik-detik bisa nentuin kalah atau menang. Kita bisa:
-
Ngebangun kerajaan dari awal, mulai ekonomi sampai diplomasi.
-
Milih jenderal dengan kepribadian unik, yang ternyata ngaruh banget ke hasil perang.
-
Ngatur formasi pasukan, kayak main catur raksasa di tengah medan perang.
Setiap pertempuran kayak film sejarah yang hidup. Aku pernah, gara-gara salah strategi, kehilangan hampir separuh pasukan cuma dalam beberapa menit. Rasanya nyesek, kayak kerja rodi tapi hasilnya zonk.
Karakter Legendaris di Three Kingdoms
Yang bikin makin seru, Total War: Three Kingdoms bukan cuma soal perang. Karakter-karakternya punya latar belakang dan relasi kompleks.
-
Liu Bei dikenal bijak, jadi pilihan banyak pemain pemula.
-
Cao Cao terkenal licik, cocok buat yang suka taktik politik.
-
Sun Jian kuat di awal, tapi butuh strategi jangka panjang.
Dari situ kita belajar kalau jadi pemimpin nggak cuma soal kuat di medan perang, tapi juga bisa ngatur hati orang, aliansi, dan… ya, kadang harus pura-pura manis demi tujuan.
Kenapa Masih Ramai di 2025
Banyak yang bilang game strategi cepat basi. Tapi kenyataannya, Total War: Three Kingdoms justru makin rame. Beberapa faktor pendukungnya:
-
Update mod komunitas di Steam Workshop
-
Konten buatan fans di YouTube dan TikTok
-
Diskusi strategi di forum dan grup Facebook
-
Streamer yang suka bikin challenge unik
Aku sering nonton kreator IG Reels yang bikin skenario aneh, kayak “bisa nggak Liu Bei menang tanpa perang sama sekali?”. Dari situ aku makin sadar kalau komunitas game ini solid banget.
Total War: Three Kingdoms vs Game Strategi Lain
Kalau dibandingin sama game strategi lain, kayak Civilization atau Crusader Kings, Three Kingdoms punya keunggulan di sisi visual dan narasi. Kita nggak cuma ngerasa kayak main angka atau tabel, tapi beneran ada di tengah hiruk pikuk perang. Ini yang bikin game ini relevan terus, meski persaingan genre strategi makin padat.
Pengalaman Pribadi dan Sedikit Refleksi
Kadang aku mikir, “ngapain sih capek-capek main strategi begini?” Tapi ternyata ada rasa lega setiap kali berhasil bikin kerajaan stabil. Kayak hidup kita aja, nggak bisa seenaknya jalan lurus. Harus muter, harus sabar, kadang harus pasrah. Game ini ngajarin aku kalau strategi bukan cuma soal menang, tapi soal bertahan.












