Merokettinggi.com – Street Fighter Retro Masuk Esports Mini Turnamen, Nostalgia Jadi Kompetisi Serius
Aku masih inget banget waktu pertama kali main Street Fighter retro di rental PS2 kampung sebelah. Suara joystick beradu keras, tombol kotak sama segitiga ditekan asal, dan teriakan “Hadouken!” bikin satu ruangan rame kayak pasar malam. Dulu aku cuma nganggep ini permainan nostalgia. Tapi sekarang? Aneh rasanya, game jadul yang dulu buat iseng malah bisa naik panggung esports mini turnamen.
Jujur, aku sempet bingung pas liat berita trending di TikTok sama X, kok bisa Street Fighter retro dibawa ke ranah kompetisi serius. Di kepalaku, yang namanya esports itu ya game modern, grafis mewah, update tiap bulan. Tapi ternyata, nostalgia bisa jadi daya tarik besar. Dari sekadar hiburan jadul, berubah jadi tontonan ramai.
Bahkan aku agak takut dibilang “gaptek” waktu ngobrolin ini sama temen nongkrong, karena ternyata komunitasnya udah gede banget. Di Instagram reels aja, ada ribuan orang posting clip seru mini turnamen Street Fighter retro. Rasa leganya, oh berarti bukan cuma aku yang ngerasa nostalgia ini patut dihargai.
Sejarah Nostalgia Street Fighter Retro
Buat generasi 90-an, Street Fighter bukan sekadar game. Ia jadi ikon arcade, game yang bikin warung dingdong penuh tiap sore. Bayangin, dari mesin koin jadul, sekarang dibawa ke layar streaming global.
Mini Turnamen Jadi Ajang Komunitas
Turnamen ini awalnya kecil, cuma level komunitas. Tapi karena hype-nya di TikTok dan IG makin besar, akhirnya formatnya lebih serius. Penonton streaming-nya bisa ribuan.
Kenapa Bisa Masuk Esports?
Ada tiga alasan utama kenapa Street Fighter retro akhirnya masuk ranah esports:
-
Nostalgia kuat, jadi magnet penonton.
-
Mekanisme gameplay yang simpel tapi penuh skill.
-
Komunitas loyal yang aktif di forum dan media sosial.
Reaksi Komunitas Online
Komentar di media sosial macem-macem. Ada yang excited, ada juga yang nyinyir. Di TikTok, banyak yang bilang, “Akhirnya game masa kecil diangkat juga!” Sementara di X ada yang bercanda, “Abis ini Mario Bros jangan-jangan masuk turnamen juga.”
Masa Depan Street Fighter Retro di Esports
Apakah ini cuma tren sesaat atau bisa jadi cabang permanen? Kalau liat data Google Trends, pencarian “Street Fighter retro” naik 70% sepanjang 2025. Artinya, antusiasme masih tinggi dan potensinya besar.
Kesimpulan
Street Fighter retro membuktikan bahwa nostalgia bisa berubah jadi sesuatu yang serius. Dari ruang dingdong berasap dulu, kini jadi esports mini turnamen yang ditonton ribuan orang. Kadang aku masih heran sendiri, tapi di sisi lain, ada rasa bangga. Game lawas masih bisa berdiri sejajar dengan game modern.












