Merokettinggi.com – Jujur aja, waktu pertama kali denger kabar stakeholders game lokal minta perlindungan lebih untuk anak dalam game online, gue agak campur aduk rasanya. Di satu sisi, gue setuju banget, karena anak-anak makin gampang kecanduan. Tapi di sisi lain, gue juga mikir: gimana nasib developer kecil kalau aturan makin ketat? Dari obrolan di warung kopi sama temen, topik perlindungan anak dalam game online, aturan main game untuk anak, sampai stakeholder industri game lokal ini jadi bahan debat panjang.
Di TikTok, banyak orang tua curhat, katanya anaknya bisa main game web sampai pagi, padahal harus sekolah besoknya. Di Instagram, ada juga influencer gaming yang bilang regulasi jangan sampai mematikan kreativitas. Sementara di X (Twitter), warganet lebih keras: mereka minta perlindungan anak saat main game online harus segera ditegakkan. Gue sendiri pernah ngalamin, keponakan main game online, tiba-tiba top up diam-diam. Rasanya… campur antara panik, kesel, tapi juga bingung harus nyalahin siapa.
Jadi, pas stakeholders game lokal ngajuin permintaan ini, ada rasa lega. Minimal ada pihak yang sadar dan peduli. Tapi ya, lagi-lagi, eksekusinya yang kadang bikin khawatir. Jangan sampai aturan perlindungan anak di game malah jadi bumerang buat ekosistem game lokal online yang lagi berkembang.
Perlindungan Anak dalam Game Online
Kalau dipikir-pikir, anak sekarang lebih sering main di game online daripada main kelereng. Bedanya, kalau di lapangan ketahuan nakal bisa dimarahin langsung. Kalau di dunia maya? Sulit. Di sinilah pentingnya regulasi. Stakeholders menuntut ada filter umur, batas waktu main, bahkan kontrol in-app purchase biar anak-anak gak gampang “kebobolan”.
Stakeholders Industri Game Lokal
Stakeholders bukan cuma developer besar. Ada publisher, komunitas, bahkan orang tua pemain. Mereka semua mulai sadar kalau perlindungan anak dari dampak game online harus lebih serius. Data Google terbaru nunjukin pencarian “kontrol orang tua game online” naik signifikan di 2025.
Pendekatan Komunitas Gamer
Komunitas gamer lokal juga punya peran. Beberapa forum di Discord udah mulai bikin aturan internal soal siapa aja yang boleh join room tertentu. Mirip kayak pos ronda online. Ada yang jaga biar adik-adik gak kebawa arus toxic chat.
Regulasi dan Aturan Main Game untuk Anak
Stakeholders meminta setidaknya ada tiga poin penting:
-
Pembatasan usia yang jelas dan konsisten
-
Kontrol transaksi digital agar anak gak asal top up
-
Edukasi buat orang tua dan komunitas
Tanggapan Warganet di TikTok, IG, dan X
-
Di TikTok, komentar rame soal anak-anak yang sering “diam-diam” top up. Banyak yang bilang “gue juga pernah” sambil ketawa getir.
-
Di IG, warganet lebih chill. Ada yang bilang “setuju, tapi jangan bunuh kreativitas developer lokal dong”.
-
Di X, warganet lebih frontal. Komentar kayak “sudah waktunya anak dilindungi, jangan jadi korban industri” sering banget muncul.
Kesimpulan
Stakeholders game lokal minta perlindungan anak dalam game online bukan sekadar wacana kosong. Ini tuntutan yang muncul dari keresahan nyata, baik dari orang tua, komunitas gamer, maupun pelaku industri. Harapannya, regulasi ini bisa jadi jalan tengah: anak terlindungi, industri tetap berkembang.
