Merokettinggi.com – Qisah Tomang: Cycle Ends – RPG Strategis Berbudaya Lokal
Pertama kali denger judul Qisah Tomang: Cycle Ends – RPG Strategis Berbudaya Lokal, jujur gue agak skeptis. Gue pikir, ah, paling cuma RPG biasa yang dibungkus tema tradisional biar keliatan beda. Tapi pas coba main, serius… rasanya kayak balik ke masa kecil di kampung, tapi dibalut mekanik game strategi yang bikin otak kepacu.
Game ini gak cuma soal ngalahin musuh atau naikin level karakter. Qisah Tomang bawa detail budaya lokal yang jarang banget muncul di game RPG lain. Dari musik latar yang pake gamelan dan suling, sampai dialog NPC yang nyelipin pepatah daerah, semuanya bikin gue ngerasa kayak lagi duduk di warung kopi sambil dengerin cerita orang tua.
Tapi ya, ada juga momen-momen bikin kening berkerut. Strategi musuhnya kadang nggak masuk akal, bikin gue bingung mau nyerang atau bertahan. Pernah sekali gue kalah telak cuma gara-gara salah langkah kecil… rasanya campur aduk antara kesel, malu, sama pengen coba lagi sampai berhasil.
Cerita dan Latar yang Bikin Merinding
Cerita Cycle Ends ini mengangkat konflik klasik antara generasi lama dan baru. Ada nuansa mistis, tapi nggak lebay. Karakternya nggak cuma hitam-putih; kadang tokoh yang kita kira jahat ternyata punya alasan yang bikin kita mikir ulang. Gue sempet ngerasa kasihan sama musuh yang gue kalahin, padahal di awal gue pengen banget ngalahin dia.
Gameplay RPG Strategis yang Nggak Biasa
Beda sama kebanyakan RPG, game ini punya sistem strategi turn-based yang bener-bener memaksa pemain mikir dua langkah ke depan. Lo nggak bisa asal spam skill. Kalau salah hitung, bisa-bisa tim lo tumbang semua. Kuncinya ada di:
-
Penempatan karakter di medan tempur
-
Pemanfaatan terrain yang mempengaruhi damage
-
Timing penggunaan skill ultimate
Sentuhan Budaya Lokal yang Autentik
Hal paling gue suka? Detail budayanya. Dari kostum karakter yang terinspirasi batik dan songket, sampai nama-nama lokasi yang diambil dari legenda lokal. Bahkan makanan yang bisa dimakan karakter untuk buff status pun khas: ada nasi liwet, sate maranggi, sampai es cendol.
Musik dan Atmosfer yang Bikin Betah
Bukan cuma visual, musiknya juga niat banget. Tiap wilayah punya latar musik sendiri. Di hutan, lo bakal denger suara seruling dan gemericik air; di pasar, ada riuh obrolan pedagang. Rasanya kayak beneran jalan-jalan di desa tapi sambil berperang.
Kelebihan dan Kekurangan Qisah Tomang: Cycle Ends
Kelebihan:
-
Cerita emosional dengan karakter mendalam
-
Visual dan musik berbudaya lokal
-
Sistem strategi yang bikin ketagihan
Kekurangan:
-
Kurva kesulitan kadang terlalu ekstrim
-
Butuh waktu adaptasi cukup lama untuk pemain baru
Kesimpulan
Qisah Tomang: Cycle Ends bukan cuma game, tapi pengalaman yang bikin kita bangga sama budaya sendiri. Ada rasa campur aduk antara nostalgia, bangga, dan penasaran tiap kali buka chapter baru. Kalau lo pengen coba RPG strategis yang beda dari biasanya, ini wajib masuk daftar.












