Merokettinggi.com – Industri Game Lokal Diproyeksikan Booming di 2025 dengan Fokus PC & Premium Game
Gue inget banget waktu awal 2022, masih sering mikir, “Emang bisa ya game buatan lokal tuh naik kelas?” Soalnya, jujur aja, waktu itu kebanyakan game lokal lebih ke arah mobile, kasual, dan ya… seringnya dikira “cuma buat pasar Indonesia aja.” Tapi sekarang? Dunia udah mulai noleh. Bahkan menurut laporan terakhir, industri game lokal diproyeksikan booming di 2025, dan bukan main-main—fokusnya pindah ke game PC dan premium.
Ini bukan cuma asumsi kosong. Banyak studio lokal mulai berani ngembangin game PC berbayar dengan kualitas global. Dan menariknya, permintaan dari luar negeri mulai naik. Pasar Asia Tenggara bahkan ngaku tertarik sama pendekatan game naratif khas budaya Indonesia. Lho, masa sih? Iya, beneran. Ini juga yang bikin gue sekarang ngelirik lebih dalam ke perkembangan ekosistem game lokal, yang dulu gue kira bakal stagnan.
Tapi ya, sempet ada konflik batin juga sih. “Apa nggak terlalu nekat?” pikir gue. Soalnya bikin game premium itu kan butuh modal, waktu, dan tenaga yang luar biasa. Tapi di sisi lain, kalau nggak sekarang, kapan lagi? Industri ini udah kayak kompor yang tinggal dikasih minyak tanah dikit langsung meledak. Dan kayaknya 2025 itu titik ledaknya.
Perubahan Fokus: Dari Mobile ke PC dan Premium
Selama ini, pengembang game lokal lebih banyak bermain aman. Bikin game ringan, casual, atau hyper-casual buat platform mobile karena murah dan cepet balik modal. Tapi sekarang arahnya mulai beda. PC dan konsol pelan-pelan jadi incaran.
Kenapa? Karena:
-
Pasar PC dan Konsol Lebih Menghargai Game Berbayar
-
Peluang IP lokal go international lebih besar di medium ini
-
Dukungan pemerintah dan investor makin terbuka untuk proyek ambisius
Beberapa studio kayak Toge Productions, GameChanger Studio, dan Mojiken udah mulai ngebuktiin kalau pasar luar tuh ada—asal berani ngasih konten yang beda.
Geliat Developer Game Lokal Mulai Terasa
Lo pernah denger game “Coffee Talk”? Itu salah satu contoh suksesnya game lokal yang nembus pasar global. Padahal konsepnya sederhana: simulasi ngobrol di kafe. Tapi karena pendekatannya fresh dan estetikanya kuat, langsung meledak.
Contoh lain kayak “A Space for the Unbound” yang bener-bener menyentuh. Bukan cuma gamers lokal yang relate, tapi juga bule-bule luar negeri. Ini bukti kalau konten dengan “jiwa lokal” bisa diterima secara global asal dibungkus dengan niat dan kualitas.
Tantangan dan Keraguan yang Masih Ada
Tentu aja, nggak semua jalan mulus. Masih banyak tantangan yang harus dihadapi:
-
Kurangnya SDM yang punya pengalaman di game premium
-
Ekosistem publishing dan distribusi yang belum matang
-
Dukungan finansial yang belum konsisten
Gue sendiri sebagai gamer sekaligus pegiat konten, kadang mikir, “Apa pasar kita udah siap beli game lokal yang berbayar?” Tapi ya, kayak nasi goreng, kalau nggak dicoba dikasih topping baru, ya rasanya gitu-gitu aja.
Harapan dan Prediksi Menuju 2025
Melihat tren yang berkembang, prediksi gue sih gini:
Kalau semua berjalan konsisten, 2025 bisa jadi tahun kebangkitan industri game lokal, dan ini bukan cuma soal hype. Tapi juga soal reputasi, kebanggaan, dan kemandirian kreatif.
Gue optimis, game lokal yang berani tampil beda dan premium akan makin dihargai. Bukan cuma jadi tontonan festival doang, tapi juga masuk wishlist dan dibeli secara nyata.
Penutup: Kita Sedang di Gerbang Besar
Kadang kita nggak sadar lagi hidup di tengah revolusi. Mungkin sekarang kita masih ngeraguin, tapi 2–3 tahun lagi, bisa jadi nama-nama developer Indonesia muncul di panggung global, bukan cuma sebagai “partisipan”, tapi sebagai pemain utama.
Dan kalau sampai itu kejadian, kita bisa bilang, “Gue udah ngikutin dari awal.”
