Merokettinggi.com – “Gue kira ini cuma game cinta-cintaan biasa. Tapi ternyata… kok malah gue jadi mikir soal hidup ya?”
Waktu pertama kali lihat trailernya Afterlove EP, perasaan gue campur aduk. Ini game apa sih? Visual novel? RPG? Musik juga? Tapi setting-nya di Jakarta. Yang bikin penasaran, ini bukan Jakarta versi sinetron. Ini Jakarta yang beneran—yang berisik, sumpek, tapi… nyata. Dan ternyata, game ini beneran bakal rilis Februari 2025. Gue langsung masukin ke wishlist, padahal biasanya gue bukan tipe yang doyan main visual novel.
Jujur ya, awalnya gue agak takut kecewa. Soalnya game lokal tuh kadang suka “kurang mateng”. Tapi pas ngelihat siapa yang bikin, hati gue mulai tenang. Ternyata ini karya Mojiken Studio, yang sebelumnya bikin Coffee Talk bareng Toge Productions. Dua nama itu udah cukup bikin gue percaya. Lagian, yang satu nulis ceritanya tuh Fahmi, almarhum developer yang dulu juga ada di balik Coffee Talk. Jadi makin kerasa berat aja pas tahu ini proyek terakhir dia sebelum wafat. Campur aduk lah rasanya.
Waktu gue denger latar ceritanya soal anak band yang harus memilih antara nerusin passion musik atau nerima realita hidup, rasanya kayak ditabok. Itu kan gue, itu kan hidup banyak orang. Belum lagi soal cinta yang nggak sempat terucap, rasa bersalah yang nggak bisa dibagi, dan kota Jakarta yang jadi saksi semuanya. Ini bukan cuma game, ini kayak surat cinta yang telat dibaca.
Cerita Cinta, Musik, dan Jakarta yang Nyata
Afterlove EP bukan cuma soal cinta. Ini soal kehilangan. Soal memilih. Soal rasa yang gak sempat tersampaikan. Ceritanya tentang Rama, anak band yang kehilangan pacarnya, Cinta. Tapi ternyata Cinta masih ada—dalam suara, dalam kenangan, bahkan kadang dalam pikiran Rama. Lo bakal ngikutin gimana Rama melewati hari-harinya di Jakarta, sambil memutuskan arah hidupnya ke mana.
Yang unik, semua ini dibalut dengan gaya visual novel yang kental, ditambah elemen RPG ringan, dan ada juga rhythm game buat ngeluarin sisi musikal Rama. Kombinasi genre ini gak biasa, tapi entah kenapa pas.
Rilis Februari 2025, Jadi Salah Satu Game Indonesia yang Dinanti
Kalau liat dari data Google Trends dan forum game, keyword “Afterlove EP”, “game Indonesia 2025”, “visual novel RPG”, dan “game lokal Jakarta” mulai naik drastis sejak awal 2025. Banyak yang udah nungguin, apalagi karena hype dari fans Coffee Talk juga kebawa.
Game ini rencananya rilis di PC, Nintendo Switch, dan konsol lainnya pada Februari 2025. Belum ada tanggal pasti, tapi infonya udah dikonfirmasi sama publishernya, Fellow Traveller.
Gameplay yang Sederhana Tapi Bikin Merinding
Kalau lo suka game dengan tempo pelan, banyak dialog, dan keputusan yang berdampak ke cerita, ini cocok banget. Lo gak bakal disuguhi action brutal, tapi pilihan-pilihan kecil yang… ya, kayak hidup sehari-hari aja. Mau ngelanjutin band? Mau nerusin kerja kantoran? Mau buka hati ke orang baru? Semuanya bisa dipilih, dan tiap pilihan ada resikonya.
Yang gue suka, gameplay-nya dibagi jadi beberapa bagian:
-
Eksplorasi Jakarta lewat tampilan 2D side-scrolling
-
Dialog bercabang, bisa ngubah arah cerita
-
Mini game musik buat latihan band
-
Pilihan keputusan hidup yang terasa relevan dan personal
-
Interaksi dengan karakter Jakarta banget, kayak sopir ojol, anak kos, sampai ibu warteg
Gaya Visual dan Musik yang Penuh Perasaan
Secara visual, game ini mirip gaya komik indie. Warna-warnanya hangat, nuansanya sendu, kayak langit Jakarta jam 5 sore. Musiknya? Gak usah ditanya. Di-compos oleh musik indie lokal, dan sebagian besar lagu dibuat khusus buat game ini.
Gue gak nyangka, tapi waktu denger salah satu lagu saat demo, gue berhenti main sebentar. Bukan karena stuck, tapi karena… merinding.
Kenapa Game Ini Patut Ditunggu?
Bukan cuma karena ini proyek terakhir dari developer yang dicintai banyak orang. Tapi karena Afterlove EP berhasil menyentuh sisi kita yang jarang disentuh game lain. Sisi rapuh. Sisi yang bertanya: kalau waktu bisa diulang, apa yang akan lo ubah?
Dan yang paling penting: ini game lokal, dibuat dengan cinta, dan Jakarta-nya bukan sekadar latar—tapi jadi karakter itu sendiri.
